Hallo sobat,,, disini april kembali lagi membuat membuat sebuah seni sederhana yang tak jauh beda dari sebelumnya, langsung saja kita cus...cekidot 😉
Dari usia belia aku sudah membenci rokok, terutama jika ayah yang menyalakannya sebab beberapa saat kemudian yang terdengar adalah suara tangisan ibu yang menahan rasa sakit lantaran puntung rokok itu diletakkan kepermukaan kulitnya. Begitu juga ketika ayah merampas uang jajanku dan uang simpanan ibu hanya untuk membeli rokok dan beberapa botoo minuman keras oplosan.
Maka dari itu, aku sangat bahagia ketika ayah dan ibu bercerai. Ibu lah yang mengurusku setelahnya. Dimana dalam hal ini aku akan jauh dengan hal yang namanya rokok. Namun sayangnya kebahagian itu tidaklah berlangsung lama, sebab ibu selalu membawa pria yang berbeda setiap malam dan kebanyakan dari mereka ialah perokok.
Ketika akan pergi dari rumah, kebanyakan dari mereka menghampiriku sembari berkata, "kalau istri saya kesini, kamu jangan kasih tau kalau saya pernah di sini". Lalu memberikan beberapa lembar rupiah sebagai upah.
Aku sempat bergulat dengan nilai moral yang selama ini kupegang teguh namun begitu melihat nominal uang yang tegenggam, aku hanya bisa mengangguk pelan sembari berharap mereka akan datang lagi. Karena setelah bercerai dengan ayah, ibu lebih memilih untuk tinggal dikawasan lokalisasi sebagai tempat mencari nafkah. sehingga mau tidak mau, perlahan ini mulai jadi keseharian buatku.
#APRIL_dp//minggu, 25-maret-2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar